FULLERENE,
mungkin belum banyak dikenal. Namun, jenis material ini sebenarnya tengah
mendapat perhatian yang luar biasa, khususnya para peneliti teknologi nano.
Selain menarik dikaji secara ilmiah, fullerene juga berpotensi besar
diaplikasikan dalam berbagai bidang. Penemu material tersebut, meraih
penghargaan Nobel bidang kimia tahun 1996. Satu
nano-meter sama dengan sepermiliar meter. Sebelum penemuan itu, para ahli kimia
karbon tidak menyangka bahwa akan ditemukan material lagi dari unsur karbon.
Fullerene
tersusun dari unsur murni karbon berjumlah 60 atom (dikenal dengan C60) atau
lebih yang antara satu dengan lainnya terhubung dengan ikatan kimia berjenis
orbital sp3. Selama ini telah dikenal beberapa jenis fullerene seperti C60,
C70, C120, dan lain-lain. Dari jenis tersebut, C60 merupakan material yang
paling populer karena yang ditemukan pertama dan berbentuk unik seperti bola
sepak.
Sebelum
fullerene muncul, para ahli kimia karbon beranggapan bahwa tidak ada lagi
material dari unsur karbon yang lebih stabil dari berlian dan grafit. Karena
itu, munculnya fullerene dengan komposisi unsur karbon simetris dan bentuk yang
elok, amat menyegarkan iklim penelitian di bidang kimia karbon. Penemuan
fullerene memicu ditemukannya material baru bernama carbon nanotube (disingkat
CNT) berbentuk pipa, yang tidak kalah penting di bidang teknologi nano.
Kalau
awalnya para ahli hanya mengakui kalau zat C60 bersifat stabil, maka baru pada
tahun 1990, dua peneliti bernama W Kratschmer dari Jerman dan D Huffman dari
Amerika dalam suatu kerja sama penelitian, berhasil memproduksi C60 dalam skala
besar dengan metode baru. Hasilnya, bentuk C60 bisa diukur dan dibuktikan
memang seperti bola sepak seperti prediksi penemunya.
Hasil
eksperimen tersebut menguatkan keberadaan fullerene dan sekaligus membuat
penasaran para peneliti untuk menguji karakteristiknya. Maka menjamurlah
penelitian dengan fokus fullerene dari berbagai macam disiplin ilmu.
DILIHAT
dari sifat penghantar listrik, pada umumnya fullerene bersifat isolator.
Tetapi, jika logam alkali didoping/dimasukkan ke dalam fullerene, maka pada
suhu ruangan material ini akan bersifat sebagai logam. Telah ditemukan juga,
jika unsur "kalium" yang didopingkan, benda tersebut berubah menjadi
superkonduktor.
Tahun
2001 ditemukan lagi keunikan material baru tersebut, yakni bahwa fullerene
bersifat sebagai magnet pada suhu dan tekanan yang tinggi. Dengan metode lain
bisa didapatkan pula fullerene yang bersifat sebagai semikonduktor. Begitulah,
banyak fenomena-fenomena unik yang muncul dari fullerene ini, yang mungkin
masih akan terus bertambah.
Sifatnya
penghantar fullerene yang bisa dikontrol, struktur dalam ukuran nanometer, dan
sifat kimiawi yang stabil inilah yang menarik perhatian para peneliti karena
yakin bisa diaplikasikan di bidang elektronika terutama kuantum.
Sekarang
saja telah banyak perusahaan-perusahaan elektronika, terutama di Jepang
(seperti Toshiba, Sumitomo Kagaku, Osaka Gas, Mitsubishi Kagaku, dan lain-lain)
memakai material fullerene untuk mengembangkan solar cell (penghasil energi
dari sinar matahari). Selain cost-down yang memungkinkan, fullerene berpotensi
menghasilkan solar cell dengan efisiensi yang lebih tinggi dibanding solar cell
dari poli-silikon sekarang.
Fullerene
juga berpotensi digunakan dalam pengembangan fuel cell, sebagaimana dilakukan
grup peneliti di Institut Teknologi California dan perusahaan Sony Jepang. Fuel
cell adalah jenis baterai pembangkit energi listrik dari reaksi kimia antara
gas hidrogen dan oksigen. Karena output-nya hanya menghasilkan air saja,
teknologi ini tidak polusif dan sangat ramah lingkungan.
Dalam
baterai fuel cell, penggunaan fullerene diharapkan bisa menghasilkan fuel cell
dalam ukuran kecil yang tidak bisa direalisasikan dengan bahan yang dipakai
sekarang.
APLIKASI
lain dari fullerene adalah untuk hardisk komputer, karena fullerene punya sifat
magnet dalam kondisi tertentu. Fullerene juga bisa diaplikasikan dalam bidang
kesehatan.
Konon,
fullerene berpotensi untuk mencegah perkembangan virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus), yang berarti memungkinkan dipakai sebagai obat AIDS
(Acquired Immuno Deficiency Syndrome).
Begitu
kaya untuk dikaji secara keilmuwan dan besarnya potensi yang dimiliki fullerene
ini, membuat ketiga penemunya mendapat penghargaan Nobel bidang kimia pada
tahun 1996.
0 Komentar untuk "Fullerene Molekul Harapan untuk Masa Depan"